Wednesday, December 16, 2009

Tradisi makan Couscous pada masyarakat Maroko


Maroko berada pada benua Afrika sebelah utara, berpenduduk mayoritas besar umat Islam. Seperti umat Islam pada umumnya mereka menganggap penting hari jum’at. Menurut hadits ada tiga hari raya umat Islam yaitu Hari raya Aidul Fitri, Hari raya Aidul Adha dan hari Jum’at. Mungkin karena hal tersebut diatas mereka merasa perlu untuk merayakan hari Jum’at dengan memasak yang tidak biasa serta special.

Pada hari Jum’at tersebut para wanita sibuk memasak setelah sebelumnya berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan. Hal itu terlihat dari pasar yang penuh lebih dari hari biasanya. Mereka membeli tepung Couscous, ayam atau daging, serta sayur mayur yang meliputi labu kuning, zucchini, lobak putih serta wortel. Hari itu biasanya para penjual ikan tutup dikarenakan mereka tidak membutuhkan ikan sebagai bahan baku Couscous (menurut pengamatanku yang selalu tidak menemukan ikan pada hari tersebut kecuali di supermarket).

Selepas sholat Jum’at biasanya para lelaki segera bersiap-siap pulang ke rumah dengan menenteng buah yang sedang musim pada saat itu. Mereka menikmati Couscous beserta segenap keluarga mereka tidak terkecuali. Uniknya penyajian Couscous tidak seperti kita (makan dengan piring yang berbeda). Mereka makan dengan nampan besar yang mana Couscous tertata dan sudah dituangi sayur, daging dan kuahnya. Semua sibuk mengambil Couscous tersebut dengan tangan atau sendok dalam satu meja. Mereka memulai dan berhenti bersama-sama, tidak terkecuali pada tamu yang kebetulan diundang tetapi mereka biasanya hanya makan sesama laki-laki atau perempuan saja. Itupun jika ada yang bertamu jika tidak mereka makan berkumpul satu keluarga.

Setelah makan biasanya mereka tidak langsung minum air putih melainkan laban (sejenis yougart yang rasanya asin) dan buah-buahan. Habis makan mereka berbincang-bincang ataupun tidur (iya tidur!!) di kursi yang tersedia di ruang tamu atau yang lazim di sebut salon oleh orang sini. Kursi tersebut memang memiliki bentuk seperti tempat tidur buat 1 orang namun memanjang. Baru setelah jam 3:00 atau sehabis ashar mereka melanjutkan aktivitas mereka.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

The beginning of making this blog

Maroko atau al-Magrib (Morocco: Inggris), pada awalnya sungguh tidak pernah terpikirkan autor untuk mengunjunginya apalagi sampai menetap di negeri yang sangat asing tersebut bahkan sangat jarang terdengar oleh telinga dan sedikit pun tidak pernah terbetik di hati saya untuk mengunjunginya.

Ia terletak di benua Afrika bagian utara, berbatasan dengan negara: Spanyol di sebelah utara, Aljazair di sebelah timur, Mauritania di sebelah selatan dan di bagian sisi baratnya membentang lebar samudera Atlantik hingga ke benua Amerika. Jarak dari Indonesia sendiri ditempuh 18 jam perjalanan via airplane.

Maroko menyimpan sejuta kenangan yang hampir dipastikan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, di negeri Ibnu Batouta tersebutlah penulis bertemu, menikah dan mengarungi empat tahun bahtera perkawinan. Negerinya sangat eksotik sayang untuk dilupakan begitu saja berlalu termakan waktu.

Tujuan awal penulisan blog ini adalah pengenalan dan penggalian budaya masyarakat setempat (Maroko red) serta dokumentasi perjalanan saya selama merantau di negeri tersebut. Berbekal dengan pengalaman tinggal selama empat tahun tersebut serta keinginan kuat untuk mendokumentasikan cerita-cerita unik pelengkap koleksi foto serta budaya dan tradisi masyarakat setempatlah membuat saya sedikit nekat untuk menuliskan blog pertama saya ini.

Saya memilih Judul "Untaian Cerita dari al-Magribi", untuk mendokumentasikan setiap perjalanan penulis ke daerah-daerah tertentu serta objek unik yang penulis tidak pernah jumpai dimanapun baik di Qatar, tempat bermukim penulis sebelumnya seperti sistem jual beli dan Driyal yang berlaku serta sempat membuat keki dan kelimpungan penulis.

Saya sangat mengharapkan blog ini dapat menjadi semacam buku 'pintar' yang berisi info-info singkat yang dibutuhkan orang yang ingin berkunjung ke negara tersebut juga dapat menjadi tour naratif yang deskriktif sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan 'aroma' Maroko serta menyelami pengalaman saya.

Banyak sekali hal-hal yang sangat layak kita ketahui tentang Maroko, bagaimana tidak Indonesia sebagai Negara Islam terbesar harus tahu tentang sejarah peradaban Andalusia yang sangat lama serta kokoh yang berada di sebagian daerah Maroko. Juga dari segi tokoh-tokoh baik ilmuwan, penjelajah dan pejuang yang mengharumkan segenap persada dunia Islam pada khususnya adalah orang Maroko. Hubungan emosional masyarakat Maroko dan Indonesia yang sangat dekat juga dirasakan penulis sebagai alasan tepat penulisan blog ini. Bagaimana tidak dahulunya proklamator kita dan raja Mohammed V berkarib dekat sampai-sampai terdapat penamaan jalan yang mengambil nama 'Jakarta', 'Bandoeng' serta 'Soekarno' begitu pula terdapat nama tempat 'Casablanca' yang sebenarnya adalah nama salah satu kota penting di Maroko.

Mungkin selama ini terbetik dalam benak kita bahwa universitas Islam yang tertua di dunia adalah Al Azhar-Cairo padahal ditilik dari sejarah ternyata universitas Al Karawiyyin di kota Fes telah berdiri kokoh 120 tahun sebelum Al Azhar serta adalah salah satu alumninya seorang pemimpin gereja katolik tertinggi Vatikan-Roma yaitu Paus Paulus Salvatore VIII!!!.

Arita Agustina Med HATTA