Kopi bagi masyarakat Maroko sangat tidak terpisahkan dengan para pria dan café. Setiap hari mereka menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di cafe sambil berbincang-bincang atau hanya sekedar cari angin. Café di Maroko biasanya mempunyai arena terbuka yang hanya dilapisi tenda yang transparan. Dari pagi mulai buka sampai malam café selalu di penuhi dengan orang yang duduk sambil membaca koran, mengisi TTS sekedar bercerita atau hanya sendiri saja. Industri café berjamuran dimana-mana. Hampir tiap 100 meter terdapat café, memang benar-benar fenomenal tetapi anehnya semua cafe tersebut di padati pengunjung. Mungkin rumah yang kecil dan tidak bertaman yang membuat mereka jenuh dan banyak menghabiskan waktu di luar. Rumah di sini mayoritas adalah apartement kecil maksimal 3 kamar saja dan hanya warga lapisan atas saja yang tinggal di rumah bertaman seperti yang ada di indonesia atau yang lazim di sebut villa.
Bisnis café di sini sangat diminati terbukti dari penghasilan mereka yang rata-rata sedikitnya 15.000 dh atau 15 juta sehari jika di bilangkan dalam mata uang negara kita. Ada café yang hanya menyediakan minuman standar saja seperti kopi pekat (noir café), kopi krim (café cream) dan cappucino namun ada juga yang menyediakan segala jenis jus dan ada pula yang membuka counter khusus pattiserie yang lezat itu. Counter tersebut menyediakan kue-kue khas perancis dan Maroko seperti petit pain, croisant, baguette sampai pastella (kue khas Maroko yang terbuat dari campuran ayam cincang dan kacang-kacangan beraroma kayu manis yang rasanya manis dan gurih).
Harga segelas kopi pekat dan kopi krim rata-rata seharga 6 sampai 15 dh tergantung tempatnya dan servis yang diberikan. Uniknya mereka boleh meninggalkan kopi yang tidak selesai di minum dan hanya ditutup saja selama berjam-jam dan kemudian datang lagi dan melanjutkan minum setelah minta dipanaskan tampa spesial tip. Menurut teman suamiku yang bekerja sebagai garcon (pelayan café) orang yang datang setiap hari bisa dipastikan hanya itu-itu saja. Mereka datang pada jam dan menduduki kursi yang sama setiap hari. Jika mereka tidak datang bisa dipastikan mereka sedang keluar kota, sakit atau meninggal (innalillahi rajiun). Minum kopi juga diminati oleh anak-anak abg yang ingin cari suasana lain. Mereka juga memamfaatkan café untuk belajar. Pernah penulis menyaksikan di televisi liputan khusus siswa SMA belajar di café berbondong-bondong. Cafe juga banyak dimamfaatkan orang untuk melakukan transaksi bisnis. Seperti simsar (agen perumahan) , pengusaha kecil dan lain-lain seperti yang lazim dilakukan di Indonesia makan siang, meeting atau sekedar minum kopi di café dengan kolega bisnis.
Ada café yang sangat terkenal di kota Rabat(ibukota Maroko) bernama BALIMA. Café tersebut telah ada sejak tahun 60 an dan masih berdiri dan ramai dikunjungi orang-orang. Terletak di tengah-tengah jantung kota Rabat di depan gedung parlemen dan hotel yang bernama BALIMA juga. Pemandangan di depan sangat bagus dihiasi design arsitektur khas perancis masa lampau yang masih di lestarikan.
Salah satu cafe di kota Casablanca yang menyajikan 3 minuman. Café (kopi), glacier (jus dan ice cream), salon de the (teh)
Bangunan yang bertenda adalah cafe yang di bangun sangat berdekatan dan diatasnya appartemen
Deretan villa

Hotel Balima n Café Balima
Pemandangan di sekitar café Balima Rabat
Source pic Café Balima: http://www.facebook.com/photo.php?pid=30318750&op=1&o=global&view=global&subj=1636442170&id=1458882126#/photo.php?pid=30318750&id=1458882126
No comments:
Post a Comment