Saturday, December 19, 2009

Jardin Majorelle


Dalam kesempatan ke kota Marrakech saya dan suamiku berkesempatan mengunjungi taman yang bernama Jardin Majorelle. Pada saat musim panas tahun itu akhirnya saya menuntaskan keingintahuan kami akan sebuah taman yang konon menurut masyarakat setempat sangat indah dan ya kami tidak pernah menyesal kesana serta menghabiskan tiga jam tampa terasa. Kami sempat nyasar demi menemukan taman tersebut. Berbekalkan sekali naik taxi yang berwarna krem khas kota tersebut saya hanya berkata ‘’Pak ke Jardin Majorelle’’ yang ternyata si bapak agak kurang ngeh dimana tempatnya. Akhirnya kami diturunkan di perempatan depan hotel yang bernama Majorelle juga. Setelah keliling-keliling jalan akhirnya kami balik lagi ke tempat awal diturunkan dan ternyata kami hanya perlu jalan kekanan sedikit terus masuk ke dalam gang yang cukup sempit serta tidak mengesankan ada taman tersebut didalam. Setelah berjalan sekitar 100 meter kami menemukan tembok bertuliskan Jardin Majorelle yang mempunyai loket dan banner pariwisata.

Jardine Majorelle adalah sebuah taman berada di salah satu kota di Maroko yaitu Marrakech. Pembuatnya adalah seorang pelukis dan botanis amatir berkebangsaan Prancis yang bernama Jacque Majorelle. Dia lahir di Nancy, Prancis pada tahun 1886 yang merupakan anak pembuat furnitur bernama Louis Majorelle.
Pada tahun 1919 dia pertama kali datang ke Marrakech dan membeli sebuah lahan yang sekarang terletak di kawasan Avenue Yacoub El Mansour. Di lahan tersebut dia membangun rumah yang terdiri dari dua lantai dikelilingi taman yang cukup luas. Di taman tersebut dia menanam segala jenis tumbuhan baik itu bunga dan beragam jenis kaktus yang terdapat di lima benua. Pada jamannya Jacques Majorelle termasuk salah satu kolektor tanaman yang cukup penting.

Di dalam taman yang di kelilingi tembok tersebut kita juga dapat menemukan sebuah musium yang menyimpan berbagai koleksi Jacque Majorelle, mulai dari koleksi lukisan lukisannya sendiri, tembikar khas suku Ber-ber hingga permadani. Biaya masuk taman adalah sebesar 30DH/orang sedangkan untuk musium hanya di kenakan biaya 15 DH/orang. Taman dan musium tersebut dibuka untuk umum pada musim dingin yang berlangsung tanggal 1 oktober sampai 30 April pada pukul 8:00 pagi sampai 5:30 sore serta musim panas mulai dari tanggal 1 Mai sampai 30 September pada pukul 8:00 pagi sampai 6:00 sore. Pada bulan Ramadan dari jam 9:00 pagi sampai 5:00 sore.
Di samping musium tersebut juga ada sebuah café dan toko yang menjual beragam souvernir khas Maroko.

Suasana di dalam taman amat sangat teduh, hening serta nyaman. Atmosfer yang sangat cocok sekali bagi kita untuk sekedar merenung seraya mencari ispirasi dan bahkan melukis. Selama berada disana kami menemukan orang yang menulis atau sekedar duduk menikmati kesejukan dan keindahan taman, amat sangat kontras dengan suasana di luar taman yang panas (kebetulan kami datang kesana pada musim panas). Taman didominasi dengan kombinasi warna yang tidak biasa dan unik. Rumah di tengah-tengah taman berwarna ungu kebiru-biruan (indigo) dan turunannya serta kuning cerah. Koleksi pot-pot yang berukuran cukup besar yang banyak di sebar di arena taman berwarna kuning cerah, oranye, biru muda serta ungu kebiru-biruan (indigo). Ada beberapa kolam, salah satunya hanya berfungsi sebagai kolam air mancur dan yang lainnya ada yang diisi dengan ikan beraneka jenis, kura-kura serta tetumbuhan air semacam teratai yang berbunga sangat indah.

Sejak meninggal karena kecelakaan yang terjadi pada tahun 1962 kepengurusan taman tersebut berpindah kepada Pierre Bergé dan Yves Saint Laurent yang meneruskan membuka taman tersebut kepada public sampai sekarang.
Di dalam taman tersebut juga terdapat peristirahatan terakhir Yves Saint Laurent yang meninggal pada tahun 2008. Berikut ini adalah kata-kata yang tercetus dari sang desainer yang mengaku mendapat inspirasi dalam taman tersebut.

“Depuis de nombreuses annes je trouve dans la Jardin Majorelle une source inepuisable d’inspiration et j’ai souvant reve a ses couleurs qui sont uniques”
Yves Saint Laurent







Site web: www.jardinmajorelle.com
Source Picture : www.google.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

The beginning of making this blog

Maroko atau al-Magrib (Morocco: Inggris), pada awalnya sungguh tidak pernah terpikirkan autor untuk mengunjunginya apalagi sampai menetap di negeri yang sangat asing tersebut bahkan sangat jarang terdengar oleh telinga dan sedikit pun tidak pernah terbetik di hati saya untuk mengunjunginya.

Ia terletak di benua Afrika bagian utara, berbatasan dengan negara: Spanyol di sebelah utara, Aljazair di sebelah timur, Mauritania di sebelah selatan dan di bagian sisi baratnya membentang lebar samudera Atlantik hingga ke benua Amerika. Jarak dari Indonesia sendiri ditempuh 18 jam perjalanan via airplane.

Maroko menyimpan sejuta kenangan yang hampir dipastikan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, di negeri Ibnu Batouta tersebutlah penulis bertemu, menikah dan mengarungi empat tahun bahtera perkawinan. Negerinya sangat eksotik sayang untuk dilupakan begitu saja berlalu termakan waktu.

Tujuan awal penulisan blog ini adalah pengenalan dan penggalian budaya masyarakat setempat (Maroko red) serta dokumentasi perjalanan saya selama merantau di negeri tersebut. Berbekal dengan pengalaman tinggal selama empat tahun tersebut serta keinginan kuat untuk mendokumentasikan cerita-cerita unik pelengkap koleksi foto serta budaya dan tradisi masyarakat setempatlah membuat saya sedikit nekat untuk menuliskan blog pertama saya ini.

Saya memilih Judul "Untaian Cerita dari al-Magribi", untuk mendokumentasikan setiap perjalanan penulis ke daerah-daerah tertentu serta objek unik yang penulis tidak pernah jumpai dimanapun baik di Qatar, tempat bermukim penulis sebelumnya seperti sistem jual beli dan Driyal yang berlaku serta sempat membuat keki dan kelimpungan penulis.

Saya sangat mengharapkan blog ini dapat menjadi semacam buku 'pintar' yang berisi info-info singkat yang dibutuhkan orang yang ingin berkunjung ke negara tersebut juga dapat menjadi tour naratif yang deskriktif sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan 'aroma' Maroko serta menyelami pengalaman saya.

Banyak sekali hal-hal yang sangat layak kita ketahui tentang Maroko, bagaimana tidak Indonesia sebagai Negara Islam terbesar harus tahu tentang sejarah peradaban Andalusia yang sangat lama serta kokoh yang berada di sebagian daerah Maroko. Juga dari segi tokoh-tokoh baik ilmuwan, penjelajah dan pejuang yang mengharumkan segenap persada dunia Islam pada khususnya adalah orang Maroko. Hubungan emosional masyarakat Maroko dan Indonesia yang sangat dekat juga dirasakan penulis sebagai alasan tepat penulisan blog ini. Bagaimana tidak dahulunya proklamator kita dan raja Mohammed V berkarib dekat sampai-sampai terdapat penamaan jalan yang mengambil nama 'Jakarta', 'Bandoeng' serta 'Soekarno' begitu pula terdapat nama tempat 'Casablanca' yang sebenarnya adalah nama salah satu kota penting di Maroko.

Mungkin selama ini terbetik dalam benak kita bahwa universitas Islam yang tertua di dunia adalah Al Azhar-Cairo padahal ditilik dari sejarah ternyata universitas Al Karawiyyin di kota Fes telah berdiri kokoh 120 tahun sebelum Al Azhar serta adalah salah satu alumninya seorang pemimpin gereja katolik tertinggi Vatikan-Roma yaitu Paus Paulus Salvatore VIII!!!.

Arita Agustina Med HATTA