"Bumi Allah amatlah luas maka hijrahlah... Jauh berjalan banyak dilihat ..."
Wednesday, December 16, 2009
Aidul Adha di Maroko
Salah satu hari yang di muliakan umat Islam adalah hari raya haji atau Aidul Adha/ Aidul Qurban. Pada saat itu ada hari yang dimana di sebut hari tasyrik. Yaitu pada tanggal 11, 12 sampai 13 Zulhijjah dalam kalender hijriah. Saking di anjurkan untuk di meriahkan, tiga hari tersebut juga diharamkan bagi kita untuk berpuasa. Pada hari itu juga disunatkan menyembelih hewan bagi yang mampu. Hewan yang lazim di sembelih meliputi unta, sapi dan kambing.
Masyarakat Maroko yang berada pada bumi Andaluasia pun melakukan ritual tersebut. Berbeda dengan di Indonesia yang menyembelih hewan jika mampu, di Maroko semua orang tak terkecuali mampu ataupun tidak memaksakan diri untuk menyembelih qurban. Bahkan menurut salah satu koran setempat yang pernah aku baca seorang miskin terpaksa menjual atap rumahnya hanya untuk membeli kambing saja. Jadi ritual menyembelih disini sudah seperti budaya bukan sekedar kewajiban agama saja. Kalau di Indonesia kita menyembelih secara bersama-sama dan setelah itu dibagikan bagi yang tidak mampu, tidak begitu dengan masyarakat disini. Mereka meyembelih sendiri dan memakannya sendiri pula (baca sekeluarga saja) walau ada juga yang memberikan daging buat orang lain juga namun hal itu sangat sedikit di lakukan.
Di Indonesia sapi di potong untuk qurban tujuh orang dan kambing untuk satu orang, hal itu tidak berlaku di Maroko. Mayoritas dari mereka hanya menyembelih kambing saja itupun bagi suatu keluarga bukan dihitung perkepala. Jenis kambing yang lazim mereka sembelih adalah kambing biri-biri (kharup) dan kambing kampung (mais) sementara sapi hanya disembelih bagi minoritas orang yang sangat mampu saja. Harga kambing biri-biri pada hari mendekati qurban adalah 1700 dh sampai 3000 dh sedangkan kambing kampung adalah 700 dh sampai 1500 dh tergantung kilonya dan keadaan kambingnya.
Pada hari-hari menjelang lebaran akan di temui fenomena yang tidak biasa. Semua tanah lapang berubah menjadi pasar kambing begitu juga banyak di temukan pedagang kambing dadakan yang menjual kambing di garasi rumahnya. Selain fenomena tersebut kita juga akan menemukan jasa para pengasah pisau di setiap tempat yang ramai dan mudah dilihat orang, entah itu pasar ataupun di tepi persimpangan jalan juga ada yang mendatangi rumah-rumah sambil membawa alat gerindanya. Para pedagang juga tidak mau ketinggalan mereka menjual alat-alat yang berhubungan dengan perqurbanan seperti pisau sembelih, gergaji tulang, kawat gantungan daging, tali untuk mengikat kambing, arang serta alat untuk memanggang daging. Pada saat itu mereka sibuk berbelanja kebutuhan lebaran. Semua pusat perbelanjaan dipenuhi dengan antrean pembeli. Biasanya mereka membeli alat yang berhubungan dengan lebaran, sembako dan tak ketinggalan coke. Selain teh mereka juga sangat menyukai coke (sungguh sebuah fenomena yang luar biasa).
Selepas shalat Aidul Qurban para kepala rumah tangga bersiap-siap memotong kambingnya sendiri. Kadang-kadang mereka menguliti sendiri atau memanggil orang untuk melakukannya. Biaya menguliti berkisar 50 dh perekor. Setelah itu mereka tidak langsung memasak dagingnya melainkan di gantung dulu baru esoknya di masak. Pada hari pertama mereka hanya memakan jeroannya saja. Pada hari kedua biasanya mereka memanggang daging atau membuat sate yang lazim di sebut brochette. Jangan bayangkan mereka memakai bumbu memanggang sate tersebut seperti yang dilakukan masyarakat kita. Sate hanya di bakar baru setelah itu dimakan bersama ketumbar bubuk (kasbur), jintan bubuk (kamun) dan garam saja. Jenis masakan yang sering dimasak pun berkisar antara tajine (masakan daging dengan bumbu-bumbu tertentu dengan daun ketumbar dan banyak bawang yang dimasak lama sekali) Kalau di Indonesia masakan tersebut setara dengan kedudukan rendang, cotlette (iga kambing yang dipanggang diatas bara api), couscous juga sering dimasak pada hari tersebut (sejenis gandum yang dimasak dengan daging, bumbu dan sayur-mayur). Pada hari itu di jalan-jalan banyak juga di temukan jasa orang yang membersihkan kepala kambing. Hampir tiap meter di temukan usaha dadakan tersebut.
Facebook Badge
The beginning of making this blog
Maroko atau al-Magrib (Morocco: Inggris), pada awalnya sungguh tidak pernah terpikirkan autor untuk mengunjunginya apalagi sampai menetap di negeri yang sangat asing tersebut bahkan sangat jarang terdengar oleh telinga dan sedikit pun tidak pernah terbetik di hati saya untuk mengunjunginya.
Ia terletak di benua Afrika bagian utara, berbatasan dengan negara: Spanyol di sebelah utara, Aljazair di sebelah timur, Mauritania di sebelah selatan dan di bagian sisi baratnya membentang lebar samudera Atlantik hingga ke benua Amerika. Jarak dari Indonesia sendiri ditempuh 18 jam perjalanan via airplane.
Maroko menyimpan sejuta kenangan yang hampir dipastikan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, di negeri Ibnu Batouta tersebutlah penulis bertemu, menikah dan mengarungi empat tahun bahtera perkawinan. Negerinya sangat eksotik sayang untuk dilupakan begitu saja berlalu termakan waktu.
Tujuan awal penulisan blog ini adalah pengenalan dan penggalian budaya masyarakat setempat (Maroko red) serta dokumentasi perjalanan saya selama merantau di negeri tersebut. Berbekal dengan pengalaman tinggal selama empat tahun tersebut serta keinginan kuat untuk mendokumentasikan cerita-cerita unik pelengkap koleksi foto serta budaya dan tradisi masyarakat setempatlah membuat saya sedikit nekat untuk menuliskan blog pertama saya ini.
Saya memilih Judul "Untaian Cerita dari al-Magribi", untuk mendokumentasikan setiap perjalanan penulis ke daerah-daerah tertentu serta objek unik yang penulis tidak pernah jumpai dimanapun baik di Qatar, tempat bermukim penulis sebelumnya seperti sistem jual beli dan Driyal yang berlaku serta sempat membuat keki dan kelimpungan penulis.
Saya sangat mengharapkan blog ini dapat menjadi semacam buku 'pintar' yang berisi info-info singkat yang dibutuhkan orang yang ingin berkunjung ke negara tersebut juga dapat menjadi tour naratif yang deskriktif sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan 'aroma' Maroko serta menyelami pengalaman saya.
Banyak sekali hal-hal yang sangat layak kita ketahui tentang Maroko, bagaimana tidak Indonesia sebagai Negara Islam terbesar harus tahu tentang sejarah peradaban Andalusia yang sangat lama serta kokoh yang berada di sebagian daerah Maroko. Juga dari segi tokoh-tokoh baik ilmuwan, penjelajah dan pejuang yang mengharumkan segenap persada dunia Islam pada khususnya adalah orang Maroko. Hubungan emosional masyarakat Maroko dan Indonesia yang sangat dekat juga dirasakan penulis sebagai alasan tepat penulisan blog ini. Bagaimana tidak dahulunya proklamator kita dan raja Mohammed V berkarib dekat sampai-sampai terdapat penamaan jalan yang mengambil nama 'Jakarta', 'Bandoeng' serta 'Soekarno' begitu pula terdapat nama tempat 'Casablanca' yang sebenarnya adalah nama salah satu kota penting di Maroko.
Mungkin selama ini terbetik dalam benak kita bahwa universitas Islam yang tertua di dunia adalah Al Azhar-Cairo padahal ditilik dari sejarah ternyata universitas Al Karawiyyin di kota Fes telah berdiri kokoh 120 tahun sebelum Al Azhar serta adalah salah satu alumninya seorang pemimpin gereja katolik tertinggi Vatikan-Roma yaitu Paus Paulus Salvatore VIII!!!.
Arita Agustina Med HATTA
No comments:
Post a Comment