"Bumi Allah amatlah luas maka hijrahlah... Jauh berjalan banyak dilihat ..."
Friday, January 8, 2010
Djemaa El Fna
Adalah tempat berjejernya banyak souks (pasar tradisional) yang terkenal di kota Marrakech yang bertempat di jantung kota. Pasar itu sangat banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tidak jauh dari pasar tersebut juga ada sebuah masjid tua yang bernama Koutubia. Konon namanya berasal dari kata kutub (buku dalam bahasa Arab) karena dulunya di sekitar masjid tersebut banyak penjual buku. Masjid itu juga termasuk masjid paling tertua di Marrakech.
Di arena pasar tersebut juga banyak kita temukan café-café, penjual bumbu bubuk seperti merica, jintan, kunyit, kayumanis yang ditata menyerupai pyramid diatas dorongan yang dicat sangat artistik juga mereka menjual beragam kacang-kacangan. Selain penjual bumbu dan kacang juga ada banyak orang yang menjual jus jeruk yang segar sekali hanya seharga 5 DH/gelas. Jika diperhatikan barang yang dijual di pasar maka kita akan melihat dagangan yang unik serta tidak biasa seperti, gigi, kulit ular, dll.
Djemaa el fna lebih indah dan lebih semarak jika dikunjungi pada waktu malam karena ada banyak penjual makanan khas Maroko yang berjualan di tenda ditengah-tengah arena pasar yang tidak beroprasi di siang hari. Segala jenis masakan mulai dari Tajine (masakan khas Maroko berupa daging yang dimasak dengan bumbu tertentu) sampai Pastella (kue khas Maroko berupa ayam dan kacang yang dibalut dengan kulit semacam kulit lumpia beraroma kayu manis yang berasa gurih dan manis) dapat ditemukan disana. Waktu itu aku dan suamiku memesan kepala kambing, wow..sungguh enak. Tendanya hanya berisi kursi-kursi panjang yang mengelilingi dapur mini ditengah-tengah setiap tenda dimana koki siap melayani. Harus diingat bahwa makan disini tidaklah boleh berlama-lama sebab hampir bisa dipastikan pada jam tertentu pengunjung sangat banyak yang mengantri di belakang orang yang sedang makan. Cukup memesan makanan dan atai (teh khas Maroko) akan dihidungkan juga. Harga makanan disini terjangkau dan hampir sama dengan di tempat lain. Disetiap tenda bisa dipastikan ada seseorang pelayan yang sangat agresif memanggil orang-orang yang masih berseliweran jalan untuk singgah ke tendanya, tidak hanya dalam bahasa setempat (darijah) mereka juga berbahasa Inggris, Spanyol, dll pokoknya heboh sekali.
Sudah kenyang makan, jangan langsung pulang berkelilinglah ke sekitar maka anda akan menemukan banyak atraksi disana seperti tarian, sulap, pertunjukan monyet, ular kobra, pendongeng, pemain musik yang masing-masing di kelilingi dengan orang yang melihatnya. Biasanya mereka meminta saweran berapa saja sebagai uang lelah pertunjukan. Disana juga ada para wanita yang menawarkan jasa henna (inai) dan meramal nasib, namun buat meramal dan melukis henna kamu harus menanyakan berapa upahnya sebelum menggunakan jasa mereka karena terkadang mereka tidak mematok harga yang standar kepada semua orang. Memang mereka sangat agresif mengajak kita untuk menggunakan jasanya namun ujung-ujungnya kita harus membayar mahal sekali. Begitupun dengan pertunjukan monyet. Pernah saya menyaksikan ada seorang turis Prancis yang hanya berfoto dengan monyet disana harus membayar 50 DH padahal sebelumnya saya melihat warga setempat membayar 10 DH untuk pertunjukan monyet, makanya jangan langsung memakai jasa mereka sebelum bertanya berapa upahnya. Bagi yang ingin membeli oleh-oleh juga harus benar-benar menawar serendah-rendahnya jangan seperti saya yang pernah harus membayar tiga kali lipat dari harga pasar biasanya.
Selain tenda-tenda, pasar dan cafe kita juga bisa menemukan kereta kuda yang parkir didekat pasar. Biasanya dengan tarif kurang lebih 200 DH kita sudah bisa berkeliling Marrakech. Biasanya juga ada bis bertingkat berwarna merah yang juga menawarkan jasa berkeliling ke tempat wisata di Marrakech, hanya cukup membayar 130 DH. Perjalanan wisata dengan bis tersebut dibagi atas dua kategori yang melewati tempat wisata yang berbeda juga.
Masjid Koutubia di malam hari
source pic Djemaa el fna www.google.com
Facebook Badge
The beginning of making this blog
Maroko atau al-Magrib (Morocco: Inggris), pada awalnya sungguh tidak pernah terpikirkan autor untuk mengunjunginya apalagi sampai menetap di negeri yang sangat asing tersebut bahkan sangat jarang terdengar oleh telinga dan sedikit pun tidak pernah terbetik di hati saya untuk mengunjunginya.
Ia terletak di benua Afrika bagian utara, berbatasan dengan negara: Spanyol di sebelah utara, Aljazair di sebelah timur, Mauritania di sebelah selatan dan di bagian sisi baratnya membentang lebar samudera Atlantik hingga ke benua Amerika. Jarak dari Indonesia sendiri ditempuh 18 jam perjalanan via airplane.
Maroko menyimpan sejuta kenangan yang hampir dipastikan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, di negeri Ibnu Batouta tersebutlah penulis bertemu, menikah dan mengarungi empat tahun bahtera perkawinan. Negerinya sangat eksotik sayang untuk dilupakan begitu saja berlalu termakan waktu.
Tujuan awal penulisan blog ini adalah pengenalan dan penggalian budaya masyarakat setempat (Maroko red) serta dokumentasi perjalanan saya selama merantau di negeri tersebut. Berbekal dengan pengalaman tinggal selama empat tahun tersebut serta keinginan kuat untuk mendokumentasikan cerita-cerita unik pelengkap koleksi foto serta budaya dan tradisi masyarakat setempatlah membuat saya sedikit nekat untuk menuliskan blog pertama saya ini.
Saya memilih Judul "Untaian Cerita dari al-Magribi", untuk mendokumentasikan setiap perjalanan penulis ke daerah-daerah tertentu serta objek unik yang penulis tidak pernah jumpai dimanapun baik di Qatar, tempat bermukim penulis sebelumnya seperti sistem jual beli dan Driyal yang berlaku serta sempat membuat keki dan kelimpungan penulis.
Saya sangat mengharapkan blog ini dapat menjadi semacam buku 'pintar' yang berisi info-info singkat yang dibutuhkan orang yang ingin berkunjung ke negara tersebut juga dapat menjadi tour naratif yang deskriktif sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan 'aroma' Maroko serta menyelami pengalaman saya.
Banyak sekali hal-hal yang sangat layak kita ketahui tentang Maroko, bagaimana tidak Indonesia sebagai Negara Islam terbesar harus tahu tentang sejarah peradaban Andalusia yang sangat lama serta kokoh yang berada di sebagian daerah Maroko. Juga dari segi tokoh-tokoh baik ilmuwan, penjelajah dan pejuang yang mengharumkan segenap persada dunia Islam pada khususnya adalah orang Maroko. Hubungan emosional masyarakat Maroko dan Indonesia yang sangat dekat juga dirasakan penulis sebagai alasan tepat penulisan blog ini. Bagaimana tidak dahulunya proklamator kita dan raja Mohammed V berkarib dekat sampai-sampai terdapat penamaan jalan yang mengambil nama 'Jakarta', 'Bandoeng' serta 'Soekarno' begitu pula terdapat nama tempat 'Casablanca' yang sebenarnya adalah nama salah satu kota penting di Maroko.
Mungkin selama ini terbetik dalam benak kita bahwa universitas Islam yang tertua di dunia adalah Al Azhar-Cairo padahal ditilik dari sejarah ternyata universitas Al Karawiyyin di kota Fes telah berdiri kokoh 120 tahun sebelum Al Azhar serta adalah salah satu alumninya seorang pemimpin gereja katolik tertinggi Vatikan-Roma yaitu Paus Paulus Salvatore VIII!!!.
Arita Agustina Med HATTA
i ever came here too:) and if you wanna know my journey on djema el fna, please come to my site http://www.travelnut.me/djemaa-el-fna
ReplyDelete