
Sebenarnya hal ini sudah lama berlalu sekitar empat tahun yang lalu tapi kemarin ketika aku bercerita dengan suamiku akhirnya aku teringat lagi dan berencana mendokumentasikan cerita ini. Seperti yang pernah aku tuliskan bahwa aku pernah bekerja di Qatar padahal saat itu aku hanya berencana tinggal selama enam bulan saja jadi otomatis visa pun hanya diurus untuk tinggal selama enam bulan saja tidak lebih.
Semua jadi berubah semenjak aku di terima bekerja ketika baru tiga bulan tinggal di sana. Ayah dan ibu tidak ingin kesempatan kerjaku melayang begitu saja. Mereka mengurus perpanjangan izin tinggalku. Peraturan keimigrasian Qatar sangatlah ketat konon seorang temanku yang melebihi izin tinggalnya disana dikenakan charge 200 QR sehari (bener-benar bikin bangkrut).
Diputuskan bahwa aku akan keluar dari Qatar sebentar saja kemudian masuk lagi sehingga aku mendapatkan izin tinggal otomatis selama satu bulan jadi akan ada waktu untuk orangtuaku mengurus izin tinggal yang sebenarnya alias resident permit. Waktu itu aku kerja masuk siang yaitu jam tiga sore jadi orangtuaku berencana untuk mengeluarkan aku ke negara terdekat yaitu Bahrain pada jam sembilan pagi. Aku tidak akan berlama-lama di Bahrain melainkan hanya di bandara saja demi mendapatkan cap keluar Qatar dan direncanakan hanya sekitar 25 menit saja disana serta kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Qatar.
Sesampainya disana aku langsung cepat-cepat mencari gate keberangkatan yang sudah tertulis di boarding passku setelah sebelumnya tak lupa singgah ke duty free untuk membeli kenang-kenangan khas Bahrain untuk ibuku. Beliau kebetulan sedang mengoleksi benda-benda yang berbau luar negeri seperti miniatur gelas. Ketika sampai di gate aku hanya melihat sedikit orang yang menunggu pesawat ke Qatar kembali dan mereka semuanya kelihatan tenang-tenang saja padahal jam berangkat tinggal sebentar lagi. Aku beranikan untuk bertanya kepada seorang wanita yang duduk disebelahku akan kemana dia. Betapa terkejutnya aku ketika dia berkata akan ke Beirut (ibukotanya Libanon red). Paniklah aku dan segera bertanya kepada petugas bandara. Mereka lalu mengantarkan aku ke tempat check in dan langsung ke depan pintu pesawat. Ternyata tanpa sepengetahuanku gate keberangkatan telah diganti jadi tidak sesuai dengan yang tertulis di boarding pass dan aku dengan bodohnya tidak melihat pengumuman lagi.
Uniknya pesawat yang aku tumpangi untuk pergi dan kembali lagi adalah pesawat yang sama, bahkan pramugarinya saja menyapa aku dan berkata ‘’nice to meet you again’’hehehehe. Tidak sampai satu jam akhirnya aku sudah menginjakkan kaki lagi di Qatar dengan selamat dan tepat pada pukul tiga aku langsung pergi ke kantorku dan bekerja seperti tidak ada yang terjadi. Oh…thanks pada penemu pesawat yang membuat perjalanan semakin singkat.
source pic; http://conanzedo.files.wordpress.com/2008/07/pic01.jpg
No comments:
Post a Comment