Populasinya mencapai 650.000 jiwa. Kota Rabat mempunyai temperatur yang sedang yang berubah dari dingin menjadi hangat pada musim panas. Malamnya selalu dingin atau sangat dingin pada musim dingin dengan temperatur berkisar +9/10 (+15/18 F°). Suhu pada musim dingin paling tinggi pada bulan Desember-Januari hanya berkisar 17.5 °C (63.5 °F).
Kota ini yang walaupun ibukota namun tenang dan tidak hiruk pikuk. Tidak terdapat banyak pusat perbelanjaan modern atau mall. Kota ini salah satu kota yang spasial bagi saya karena di sinilah saya menikah dan menghabiskan satu tahun pernikahan kami. Wisata di daerah ini berkisar laut dan tempat-tempat sejarah yang memang dilestarikan dan masih berdiri kokoh.
Sejarah kota Rabat bermula dari pembangunan tempat yang dikenal sebagai Chellah ditepi sungai Bou Regreg pada abad ketiga SM. Pada 40 M, bangsa Romawi menjajah Chellah dan menjadikannya daerah kekuasaannya. Bangsa Romawi berdiri didaerah tersebut sampai 250 M.
Pada tahun 1146, pemimpin dinasti Almuwwahidin yang bernama Abdel Mu'min membentengi kota Rabat seluruhnya untuk menangkal serangan bangsa Spanyol dan kota Rabat berganti nama menjadi Ribatul-Fath yang artinya 'Kemenangan besar' pada tahun 1170. Bangsa Prancis menduduki Maroko pada tahun 1912. Jendral Hubert Lyautey , administrator bangsa Prancis bagi Maroko memindahkan ibukota dari Fez ke Rabat. Disebabkan beberapa faktor, Sultan Moulay Youssef mengikuti keputusan bangsa Prancis dan memindahkan kediamannya ke kota Rabat. Pada tahun 1913 Jendral Lyautey mengangkat Henri Prost, orang yang mendisain Ville nouvelle (Madinati Jdid/kota baru) untuk menjadi administrative sector setelah Maroko merdeka pada tahun 1956, lalu Mohammed V yaitu raja Maroko memilih kota Rabat sebagai ibukota pemerintahan. Di Rabat kita dapat menemukan berbagai tempat yang menarik untuk dijadikan daerah tujuan wisata, seperti: