Sunday, September 8, 2013

Le Maroc, Dari hotel ke hotel

Melancong kesuatu tempat rasanya tidak akan memuaskan jika tidak mengitari seluruh tempat-tempat eksotis, merasakan kuliner masyarakat setempat atau sekedar memanjakan diri dengan “aroma khas” daerah tersebut.....tentunya semua keinginan ini tidak akan terpenuhi hanya dengan menghabiskan waktu barang setengah hari saja.....:)

Ketika saya mendapatkan kesempatan langka untuk berkunjung ke suatu kota di Maroko yang belum pernah saya datangi sebelumnya tampa pikir panjang biasanya kami akan segera memutuskan untuk menginap, beruntung jika ada teman yang bisa ditumpangi tapi jika hal itu tidak memungkinkan kami akan segera check in ke hotel....yah tapi tentu dengan kemampuan kami sebagai mahasiswa yang pastinya lebih sering bokek daripada beruang....:)

 Tentunya definisi hotel disini bukanlah seperti hotel kebanyakan berbintang namun bukan pula hotel “esek-esek” yah tapi cukup decent bagi kami yang ratenya tidak lebih dari MAD 150/malam. Kebanyakan hotel disini memulai tarif menginap dari jam 12 siang sampai 12 siang esok harinya namun jika anda masuk jam 12 malam maka akan tetap habis masa menginap dan harus perpanjang tarif jam 12 siang esoknya.

Kebanyakan hotel taraf melati disini hanya berisikan tempat tidur tampa ada kamar mandi....so let see the review tentang hotel-hotel di kota yang pernah saya kunjungi...
#Casablanca
Hotel La France
 Bertempat di Marche Noire yang di kelilingi bioskop tua dan banyak kedai-kedai makanan ringan di kiri kanannya. Tarif menginap disini MAD 150/malam dan anda akan dikenai charge jika mandi dan menggunakan toilet. Kamarnya terdiri dari kasur ukuran double bed kecil serta lemari, meja rias dan wastafel kecil.....cukup lumayan bagi kami yang tidak punya pilihan lain. Bangunannya masih bangunan lama jaman Prancis yang mungkin belum dipugar serta ubinnya masih menandakan keaslian bangunan tersebut. Dari meja check in di samping pintu masuk belok kanan maka akan dijumpai koridor panjang yang dikirinya deretan kamar mandi dan toilet serta di sebelah kanan adalah jejeran kamar-kamar tidur. Tidak ada breakfast namun pemandangan dari dalam kamar cukup menghibur kami. Total kami menginap dihotel ini 2 kali saja.

Hotel Negociant
Ini adalah hotel favorit kami selama di Maroko, bangunannya cukup baru serta catnya putih dan keseluruhan pegawainya cukup ramah dan simpatik. Di pojok bawah hotel ini maka anda akan temukan tempat menonton TV yang biasanya cukup rame menjelang makan siang dan makan malam. Masih sama dengan hotel yang diatas bahwa sarapan tidak ada dan kamar mandi serta toilet terpisah dari kamar namun tidak ada extra charge jika menggunakannya. Fasilitas air panas tersedia kapanpun. Tepat disebelah hotel ini ada restaurant yang menjadi favorite kami juga dengan menu favorit Tajine Viande/ daging sapi (Lahm). Letaknya yang benar-benar dipusat kota serta aksesnya yang mudah membuat hotel ini selalu menjadi pilihan pertama. Kamarnya terdiri dari kasur Double bed kecil dengan meja serta lemari. Tempatnya yang bersih dan dengan kamar yang tersedia banyak membuat hotel ini jarang sekali berdesak-desakan dengan penghuni kamar lain yang membuatnya terkesan cukup privasi. Di depan hotel ada pasar tradisional yang sangat bersih dan ada tempat kulakan bunga-bunga segar yang sangat indah.   Hotel ini jugalah yang menjadi tempat bermalam terakhir kami sebelum meninggalkan Maroko. Oh ya tarif menginap MAD 150. Total menginap berkali-kali (5 atau lebih)
 #Tetouan
 Seperti tulisan yang sudah-sudah bahwa kota inilah tempat study suamiku dan kota terakhir tempat kami menghabiskan waktu di Maroko. Daerahnya yang menjadi persilangan benua Afrika dan Eropa serta kunci masuknya seluruh wisatawan Eropa maka kota ini cukup unik dan menarik untuk didatangi.
 Hotel Principe
Lokasinya yang dekat dengan terminal bis antar kota serta di pertigaan jalan yang sibuk membuat hotel ini terasa layak dijadikan pilihan. Tersedianya kamar mandi beserta wc di setiap kamar membuat hotel ini terasa “mewah” bagi kami. Dua buah ranjang single bed dan dibatasi meja kecil dengan lemari kecil cukup membuat kami nyaman berada di hotel ini. Masih dalam bangunan lama yang sudah setengah dipugar, bercat putih dengan adannya cafe kecil membuat hotel ini sselalu penuh dikunjungi orang-orang yang ingin melepaskan rileks. Tarifnya MAD 150/malam cukup layak dengan segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan. Terdapat banyak kedai-kedai makanan serta restaurant bertebaran di sekeliling hotel. Dari kaca jendela kita bisa melihat pasar tradisional masyarakat.
Hotel Bilbou
Letaknya sangat strategis tepat di depan altar istana serta didaerah sibuk yang terlarang untuk kendaraan bermotor apapun. Pegawai yang mengurusi check in adalah bapak usia 60an yang berjambang dan berjanggut tebal namun sangat ramah. Tempatnya yang kadung sudah menjadi strategis tidak lantas membuat sewanya mahal, kami cukup membayar MAD 130 saja per malam. Bangunannya yang masih asli khas Prancis dengan ubin yang sudah mulai gompal sana-sini tetap tidak menghilangkan ke-eksotisan bangunan ini. Didalamnya ada lemari tua dengan cermin besar, double bed yang senantiasa berderik-derik namun cukup empuk serta meja kursi buat sepasang sejoli daaaaaan bonusnya kamar mandi mungil tampa wc.  Kamarnya cukup besar dengan jendela yang langsung menghadap altar istana membuat seolah-olah anda terlempar kemasa silam yang menawan. Namun sayang dikarenakan musim panas dan adanya raja yang berkunjung maka musim panas terakhir kami tidak bisa menghabiskan waktu disana dengan alasan seluruh kamar penuh padahal itu adalah bagian dari pengamanan buat raja apalagi kami adalah “ajnabi” atau warga asing. Total menginap 2 kali saja.
 #Martil
Hotel Marhaba
Seperti namanya yang artinya selamat datang, hotel ini cukup menjanjikan dari perihal pelayanan. Tarifnya MAD 200/malam dengan kamar yang besar, ruang tamu yang terpisah tembok serta kamar mandi dan toilet yang berair panas. Dinding ruang tamu kecilnya di penuhi marmer berhiaskan Zellige (seni mosaik khas Maroko).
 Tempat tidur ukuran double bed, lemari tanam tembok serta beberapa meja serta kursi Maroko (sdader) yang bersih dan adanya extra selimut membuat hotel ini menjadi pilihan yang paling sip jika anda membawa keluarga. Letaknya memang kurang sip (pinggir jalan) dan tidak ada pilihan restaurant dikiri-kanan. Kamar-kamar yang lain tidak sama dengan yang saya tuturkan diatas. Kamar lainnya biasa yang berisi double bed sempit, meja kursi dan lemari tampa adanya kamar mandi dan toilet. Total menginap 2 kali.
 #Tanjier
Hotel Miami
Kelelahan dan hampir tengah malam membuat kami tampa babibu memutuskan check in dihotel ini. Letaknya yang dekat dengan laut membuat aroma laut masih tercium serta dikelilingi dengan kedai-kedai makanan yang masih buka sampai tengah malam membuat hotel ini cukup menjadi pilihan yang lumayan. Pertama kali kami membuka kamar kami terkejut dengan jumlah tempat tidur yang fantastis, total ada 4 single bed dalam satu kamar serta wastafel kecil. Hal pertama yang dipikirkan adalah kasur yang mana yang akan kami pilih, hheheh. Ya walaupun cukup sempit untuk berdua namun hawa musim dingin yang menyerang membuat kami merasa nyaman untuk berdekatan saja. Didalamnya tidak ada lemari maka kasur yang kosong kami jadikan tempat menaruh pakaian dan tempat sholat. Keberadaan kamar mandi dan toilet yang agak jauh membuat kami cukup kerepotan tapi sungguh suatu pengalaman yang sangat lucu dan membuat saya merasa kangen ingin kembali menjelajah negeri yang eksotik ini. Tarif menginap MAD 130. Total menginap hanya sekali saja.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Facebook Badge

The beginning of making this blog

Maroko atau al-Magrib (Morocco: Inggris), pada awalnya sungguh tidak pernah terpikirkan autor untuk mengunjunginya apalagi sampai menetap di negeri yang sangat asing tersebut bahkan sangat jarang terdengar oleh telinga dan sedikit pun tidak pernah terbetik di hati saya untuk mengunjunginya.

Ia terletak di benua Afrika bagian utara, berbatasan dengan negara: Spanyol di sebelah utara, Aljazair di sebelah timur, Mauritania di sebelah selatan dan di bagian sisi baratnya membentang lebar samudera Atlantik hingga ke benua Amerika. Jarak dari Indonesia sendiri ditempuh 18 jam perjalanan via airplane.

Maroko menyimpan sejuta kenangan yang hampir dipastikan tidak akan saya lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak, di negeri Ibnu Batouta tersebutlah penulis bertemu, menikah dan mengarungi empat tahun bahtera perkawinan. Negerinya sangat eksotik sayang untuk dilupakan begitu saja berlalu termakan waktu.

Tujuan awal penulisan blog ini adalah pengenalan dan penggalian budaya masyarakat setempat (Maroko red) serta dokumentasi perjalanan saya selama merantau di negeri tersebut. Berbekal dengan pengalaman tinggal selama empat tahun tersebut serta keinginan kuat untuk mendokumentasikan cerita-cerita unik pelengkap koleksi foto serta budaya dan tradisi masyarakat setempatlah membuat saya sedikit nekat untuk menuliskan blog pertama saya ini.

Saya memilih Judul "Untaian Cerita dari al-Magribi", untuk mendokumentasikan setiap perjalanan penulis ke daerah-daerah tertentu serta objek unik yang penulis tidak pernah jumpai dimanapun baik di Qatar, tempat bermukim penulis sebelumnya seperti sistem jual beli dan Driyal yang berlaku serta sempat membuat keki dan kelimpungan penulis.

Saya sangat mengharapkan blog ini dapat menjadi semacam buku 'pintar' yang berisi info-info singkat yang dibutuhkan orang yang ingin berkunjung ke negara tersebut juga dapat menjadi tour naratif yang deskriktif sehingga seolah-olah pembaca dapat merasakan 'aroma' Maroko serta menyelami pengalaman saya.

Banyak sekali hal-hal yang sangat layak kita ketahui tentang Maroko, bagaimana tidak Indonesia sebagai Negara Islam terbesar harus tahu tentang sejarah peradaban Andalusia yang sangat lama serta kokoh yang berada di sebagian daerah Maroko. Juga dari segi tokoh-tokoh baik ilmuwan, penjelajah dan pejuang yang mengharumkan segenap persada dunia Islam pada khususnya adalah orang Maroko. Hubungan emosional masyarakat Maroko dan Indonesia yang sangat dekat juga dirasakan penulis sebagai alasan tepat penulisan blog ini. Bagaimana tidak dahulunya proklamator kita dan raja Mohammed V berkarib dekat sampai-sampai terdapat penamaan jalan yang mengambil nama 'Jakarta', 'Bandoeng' serta 'Soekarno' begitu pula terdapat nama tempat 'Casablanca' yang sebenarnya adalah nama salah satu kota penting di Maroko.

Mungkin selama ini terbetik dalam benak kita bahwa universitas Islam yang tertua di dunia adalah Al Azhar-Cairo padahal ditilik dari sejarah ternyata universitas Al Karawiyyin di kota Fes telah berdiri kokoh 120 tahun sebelum Al Azhar serta adalah salah satu alumninya seorang pemimpin gereja katolik tertinggi Vatikan-Roma yaitu Paus Paulus Salvatore VIII!!!.

Arita Agustina Med HATTA